Cerita Cinta : Berharap Jadi Kenyataan
Alarm ponsel berdering nyaring, cukup lama sehingga memaksa tidurku terjaga. Mataku perlahan-lahan terbuka, berat rasanya. Tapi hanya sebentar, karna kemudian mataku langsung segar, saat melihat wajah sendu wanita di sebelahku. Dia masih pulas dengan tidurnya, tak terganggu sedikit-pun dengan bunyi alarm tadi.
Tadi malam adalah malam pertama, dan pagi ini adalah pagi pertama aku dan dia resmi hidup berumah tangga. Aku tersenyum lebar melihatnya tertidur pulas. Dia terlihat lelah, resepsi pernikahan yang meskipun digelar sederhana, tapi cukup menguras energi. Ditambah tadi malam kami tidur sudah sangat lewat dinihari. Sebenarnya aku tak tega untuk membangunkannya.
"Sayang..." aku berbisik di dekat telinganya, lebih tepatnya di sebelah pipinya. Ku usap pipi itu, lembut dan hati-hati. "Bangun, sayang.. sebentar lagi waktunya subuh. Aku butuh kamu untuk jadi makmumku, biar sholat kita berpahala 27 derajat.."
Dia menggeliat manja, membuka mata, sesaat dia tampak kaget melihatku seperti melihat orang asing.
Pasti kaget dan aneh, malam-malam sebelumnya dia tidur sendiri, sekarang begitu bangun tau-tau ada yang menemani.
"Mas udah dari tadi bangunnya.. ?" katanya sedikit malu-malu, ketika sudah menyadari posisinya.
"Belum juga, paling baru lime menitan.."
"Tau gak sih Mas, aku merasa ini semua masih seperti mimpi.." Katanya sumringah tak terlukiskan, sambil merubah arah baringnya kepadaku, sehingga aku dan dia saling berhadap-hadapan.
Aku merapikan poninya yang acak-acakan. "Istriku baru bangun aja sudah cantik begini, gimana kalo sudah mandi ya.. ?"
"Masih pagi Mas.. !" dia mencubit pinggangku. "Udah gombal aja"
Aku tersenyum. "Percaya gak sayang, kalo setiap manusia itu di ciptakan dengan tujuan yang telah ditetapkan.. ?"
"Emm.. Masa sih Mas.. ?"
"Iya. Misalnya kamu, diciptakan untuk selalu kupuja untuk setiap hari kupuji.."
Dia tersipu. "Oh yeah.. ? Trus Mas-nya.. ?"
"Oh, kalo aku tercipta untuk mencintaimu. Dan bisa-kan mengizinkan aku untuk terus seperti itu.. ?"
"Preet ah.. !" dia mengambil bantal, pura-pura dipukulkan ke aku.
Aku terlentang, tanganku menutupi wajahku melindungi dari pukulannya.
"Emang kalo gak ngegombal sejam aja badannya terasa gatel-gatel gitu yah Mas.. ? Dasa ih.. !" Aku di pukul pake bantal lg.
"Hehe.. Terserah kamu mau nyebut itu gombal. Tapi sebenarnya aku hanya berusaha merangkai kata, kata yang pas biar kamu seneng mendengarnya.."
"Oh yeah.. ?"
"Oh yeah Oh yeah mululu.. ! Sini deh sayang.." aku menepuk-nepuk dada, mempersilahkan dia berbaring di sana.
Aku membelai-belai rambutnya
Sebentar-sebentar saling memandang. Tak cuma itu, kami merayakan dengan pelukan, dengan kecupan.
"Kita selamanya akan begini kan Mas.. ? Bukan hanya saat ini kita masih pengantin baru.. ?" Bisiknya bertanya.
"Tentu, kita akan sama-sama saling menjaga dan saling mempertahankan.." Jawabku singkat. "Eh udah.. yuk mandi, bentar lagi adzan subuh.."
"Mandiin.."
Dia menjawab manja.
Aku bangkit. Mengambil dua handuk. Satu kupakai sendiri, satunya lagi ku kalungkan di lehernya.
"Iya deh aku mandiin, trus ntar sekalian aku sholatin ya.. ? hehe.." cibirku sambil lari ke kamar mandi, berharap dia akan segera mengejar.
Tapi ternyata dia hanya berjalan pelan, malah kemudian cuma berdiri mematung.
"Kenapa, Sayang.. ?"
"Entahlah Mas, tiba-tiba aku merasa kuatir, membayangkan semakin banyaknya rumah tangga gagal di sekitar kita.. ?"
Aku menghela nafas, lalu mendekatinya. Kudorong pelan hingga dia bersandar di dinding. Kutatap matanya dalam-dalam, dia tertunduk diam. Dan sebuah kecupan ringan kuhadiahkan di keningnya.
"Kamu hanya melihat mereka yang gagal Sayang. Kamu tidak melihat mereka yang berhasil, jumlah mereka jauh lebih banyak.."
Dia termenung.
"Lihat saja Ayah Ibuku, mereka sudah 30 tahun bersama mengarungi rumah tangga yang bahagia. Dan mereka akan terus bersama, menyaksikan kita membesarkan cucu-cucu mereka.."
"Mas janji akan seperti mereka.. ?"
"Apakah masih kurang sakral janjiku kemarin di depan penghulu.. ? Aku sudah divonis menjagamu Sayang, Dari hati hingga mari.."
Dia tersenyum. "Hehe.."
"Ah kamu.." rambutnya kuacak-acak, dan dengan gemas kuangkat tubuhnya lalu ku lempar ke kasur lagi.
Mungkin Sobat AHMD tertarik dengan artikel Cerita Romantis Dalam Balutan Tawa
Sumber : Zuki Rama
Comments
Post a Comment